Sejarah Pangeran Antasari
Pangaran Antasari mengambil tugas dalam memimpin perlawanan menghadapi kolonialisme dan imperialisme barat di Indonesia.
Yang menjadi duduk perkara yaitu cucu Sultan Adam dari putra mahkota ada dua orang, yaitu Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Tamjid. Sultan Adam cenderung untuk menentukan Pangeran Hidayatullah.
Alasannya mempunyai perangai yang baik, taat beragama, luas pengetahuan, dan disukai rakyat. Sebaliknya Pangeran Tamjid kelakuannya kurang terpuji, kurang taat beragama dan bergaya hidup kebarat-baratan menggandakan orang Belanda.
Pangeran Tamjid inilah yang akrab dengan Belanda dan dijagokan oleh Belanda. Belanda menekan Sultan Adam dan mengancam agar mengangkat Pangeran Tamjid.
Di mana-mana timbul bunyi ketidakpuasan masyarakat terhadap Sultan Tamjidillah II (gelar Sultan Tamjid sesudah naik tahta) dan kebencian rakyat terhadap Belanda.
Kebencian rakyat lama-lama bermetamorfosis bentuk perlawanan yang terjadi di mana-mana. Perlawanan tersebut dipimpin oleh seorang figur yang didambakan rakyat, yaitu Pangeran Antasari.
Pangeran Hidayatullah secara terang-terangan menyatakan memihak kepada Pangeran Antasari. Bentuk perlawanan rakyat terhadap Belanda mulai berkobar sekitar tahun 1859.
Pangeran Antasari juga diperkuat oleh Kyai Demang Lehman, Haji Nasrun, Haji Buyasin, dan Kyai Langlang. Penyerangan diarahkan pada pospos tentara milik Belanda dan pos-pos missi Nasrani. Benteng Belanda di Tabania berhasil direbut dan dikuasai.
Tidak usang kemudian tiba proteksi tentara Belanda dari Jawa yang dipimpin oleh Verspick, berhasil membalik keadaan sesudah terjadi pertempuran sengit.
Akibat musuh terlalu kuat, beberapa orang pemimpin perlawanan ditangkap. Pangeran Hidayatullah ditawan oleh Belanda pada tanggal 3 Maret 1862, dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat.
Pada tanggal 11 Oktober 1862, Pangeran Antasari wafat. Sepeninggal Pangeran Antasari, para pemimpin rakyat mufakat sebagai penggantinya yaitu Gusti Mohammad Seman, putra Pangeran Antasari.
Sumber https://www.berpendidikan.com
Perang Banjar (1859 – 1905)
Campur tangan pemerintah Belanda dalam urusan pergantian kekuasaan di Banjar merupakan biang perpecahan. Sewaktu Sultan Adam Al Wasikbillah menduduki tahta kerajaan Banjar (1825 – 1857), putra mahkota yang berjulukan Sultan Muda Abdurrakhman meninggal dunia. Dengan demikian calon berikutnya yaitu putra Sultan Muda Abdurrakhman atau cucu Sultan Adam.Yang menjadi duduk perkara yaitu cucu Sultan Adam dari putra mahkota ada dua orang, yaitu Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Tamjid. Sultan Adam cenderung untuk menentukan Pangeran Hidayatullah.
Alasannya mempunyai perangai yang baik, taat beragama, luas pengetahuan, dan disukai rakyat. Sebaliknya Pangeran Tamjid kelakuannya kurang terpuji, kurang taat beragama dan bergaya hidup kebarat-baratan menggandakan orang Belanda.
Pangeran Tamjid inilah yang akrab dengan Belanda dan dijagokan oleh Belanda. Belanda menekan Sultan Adam dan mengancam agar mengangkat Pangeran Tamjid.
Di mana-mana timbul bunyi ketidakpuasan masyarakat terhadap Sultan Tamjidillah II (gelar Sultan Tamjid sesudah naik tahta) dan kebencian rakyat terhadap Belanda.
Kebencian rakyat lama-lama bermetamorfosis bentuk perlawanan yang terjadi di mana-mana. Perlawanan tersebut dipimpin oleh seorang figur yang didambakan rakyat, yaitu Pangeran Antasari.
Pangeran Hidayatullah secara terang-terangan menyatakan memihak kepada Pangeran Antasari. Bentuk perlawanan rakyat terhadap Belanda mulai berkobar sekitar tahun 1859.
Gambar: Pengeran Antasari |
Pangeran Antasari juga diperkuat oleh Kyai Demang Lehman, Haji Nasrun, Haji Buyasin, dan Kyai Langlang. Penyerangan diarahkan pada pospos tentara milik Belanda dan pos-pos missi Nasrani. Benteng Belanda di Tabania berhasil direbut dan dikuasai.
Tidak usang kemudian tiba proteksi tentara Belanda dari Jawa yang dipimpin oleh Verspick, berhasil membalik keadaan sesudah terjadi pertempuran sengit.
Akibat musuh terlalu kuat, beberapa orang pemimpin perlawanan ditangkap. Pangeran Hidayatullah ditawan oleh Belanda pada tanggal 3 Maret 1862, dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat.
Pada tanggal 11 Oktober 1862, Pangeran Antasari wafat. Sepeninggal Pangeran Antasari, para pemimpin rakyat mufakat sebagai penggantinya yaitu Gusti Mohammad Seman, putra Pangeran Antasari.
Sumber https://www.berpendidikan.com
Post a Comment for "Sejarah Pangeran Antasari"