Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Konsep Dan Fungsi Keluarga

Kali ini kita akan mengulas artikel dalam ruang lingkup ilmu sosial, yaitu Konsep Keluarga Inti dan Keluarga Besar serta Fungsi Keluarga, tanpa memmembuang waktu lagi silakan simak pembahasannya diberikut ini.

KONSEP KELUARGA INTI

Salah satu alasan fundamental terbentuknya keluarga ialah pemenuhan kebutuhan biologis manusia, dalam bentuk perkawinan antara 2 (dua) makhluk insan yang berlainan jenis kelabuin, yaitu laki-laki dan wanita. Hal ini sesuai dengan kodrat insan yang satu sama lain saling membutuhkan. Oleh alasannya itu, mereka saling mencari dan saling bertemu sehingga tumbuhlah benih kasih akung, saling menyayangi dan saling melindungi. Hubungan kasih akung dan saling menyayangi ini kemudian diwujudkan dalam ikatan perkawinan yang sesuai dengan norma kehidupan dan aturan aturan yang berlaku.

Kali ini kita akan mengulas artikel dalam ruang lingkup ilmu sosial Konsep dan Fungsi Keluarga

Dalam suatu ikatan perkawinan, laki-laki sebagai suami yang berfungsi sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga. Ikatan suami istri ialah titik awal suatu kelahiran anak sebagai anggota keluarga dan sekaligus sebagai penerus generasi dari ikatan yang sudah terbentuk tersebut. Kelahiran anak ialah titik awal terbentuknya unit masyarakat terkecil yang disebut keluarga. Suami dalam ikatan keluarga disebut sebagai ayah dari anak, sedangkan untuk istri disebut dengan ibu.


Keluarga ialah kesatuan antara suami sebagai ayah dan istri sebagai ibu, dan anak sebagai keturunan mereka. Keluarga dalam arti ini disebut dengan keluarga inti atau keluarga dalam arti sempit. Keluarga dalam arti sempit mencakup ayah, ibu, dan keturunan mereka atas dasar ikatan perkawinan dan relasi darah.

KONSEP KELUARGA BESAR

Keluarga besar ialah ekspansi dari keluarga inti, yang tetap didasarkan pada ikatan perkawinan dan relasi darah. Ikatan perkawinan dan relasi dalam keluarga inti ialah dasar yang memilih siapa yang termasuk dalam anggota keluarga besar tersebut yang berasal dari luar keluarga inti. Mereka menjadi keluarga besar atas dasar:
  1. Ikatan perkawinan keluarga inti, yaitu ayah dan ibu, mertua, kakek dan nenek mertua, paman dan bibi mertua, abang dan adik ipar, serta cucu mertua.
  2. Hubungan darah, yaitu ayah dan ibu kandung, kakek dan nenek kandung, paman dan bibi kandung, abang dan adik kandung, serta cucu kandung.


Konsep keluarga besar ini umumnya dianut di negara-negara Timur, contohnya Cina, Jepang, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, dan lainnya. Di kalangan masyarakat Indonesia, konsep keluarga besar berdasarkan relasi pengikat yang lain sanggup diketahui dari kenyataan dan dibuktikan dengan munculnya konsep, menyerupai Keluarga Besar Siliwangi yang berdasarkan etnis dan konsep keluarga lainnya.

Munculnya beberapa keluarga besar yang menyimpang dari konsep bekerjsama menimbulkan semakin kaburnya konsep keluarga dari aslinya. Untuk mengatasinya maka dibutuhkan reorientasi konsep keluarga berdasarkan arti yang hakiki, yaitu kesatuan ayah (suami), ibu (istri), serta anak keturunannya dari ayah dan ibu.

Ada beberapa faktor sosial yang mengakibatkan ikatan keluarga besar semakin erat hubungannya, sehingga sanggup menjadi pengikat dalam relasi atau ikatan keluarga besar tersebut, antara lain:
  1. Faktor sosial psikologis, yaitu rasa kasih akung yang sudah tertanam, tidak mau berpisah dari kelompok
  2. Faktor sosial budaya, yaitu cara hidup, referensi perilaku, dan lingkungan geografis
  3. Faktor sosial ekonomi, yaitu kemiskinan, pekerjaan tidak tetap, penghasilan kecil dan pendidikan rendah, yang menumbuhkan solidaritas dan saling ketergantungan.


Konsep keluarga besar cukup berpengaruh dianut oleh masyarakat Indonesia, terutama sekali keluarga besar yang didasarkan pada ikatan perkawinan dan relasi darah. Hal ini sanggup dijumpai di aneka macam tempat etnis di Indonesia, terutama di lingkungan masyarakat pedesaan. Di kalangan masyarakat Minangkabau dijumpai “rumah gadang”, dalam masyarakat Dayak disebut “rumah panjang”, di Bali dijumpai “kasta”, dan di masyarakat Sumatera, Sulawesi atau Maluku dijumpai “marga atau famili”.

Namun, makin maju dan meningkatnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, makin banyak imbas budaya eksternal yang positif, maka makin sejahtera hidup mereka dan makin bisa mengatasi duduk perkara kehidupan keluarga, tetapi makin longgar dan mengendur pula relasi pengikat tadi. Tradisi, solidaritas dan saling ketergantungan berangsur-angsur melemah dan ditinggalkan, bahkan cenderung beralih ke konsep keluarga inti atau keluarga dalam arti yang hakiki, dengan referensi hidup modern. Pandangan hidup mengarah ke paham individualisme, perubahan ini lebih terlihat terperinci pada kalangan masyarakat perkotaan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.

FUNGSI KELUARGA

Fungsi keluarga diantaranya yaitu:

1. Penerus Generasi

Perkawinan ialah realisasi pemenuhan biologis (seksual) manusia. Pemenuhan kebutuhan biologis tersebut spesialuntuk dapat  dipenuhi dengan tepat apabila terjadi relasi suami istri. Jika demikian, maka tujuan perkawinan ialah terpenuhinya kebutuhan biologis dan lahirnya anak ialah tanggapan dari relasi suami istri tersebut. Dalam hal ini, keluarga berfungsi sebagai “penerus generasi” alasannya tanpa keluarga generasi diberikutnya tidak akan ada.

Pembentukan keluarga dan penerus generasi ini berlangsung secara terus menerus dan turun menurun. Karena penerus generasi tadi berasal dari lingkungan keluarga sebelumnya, maka sistem nilai budaya pun ikut dikembangkan terus pada dan oleh generasi diberikutnya.

2. Fungsi Budaya dan Sistem Nilai Budaya

Keluarga juga berfungsi sebagai sumber budaya dan sistem nilai budaya. Dikatakan sumber budaya alasannya keluarga ialah sentra interaksi sosial pertama suami dan istri. Kemudian ditambah anak yang lahir dari relasi suami dan istri. melaluiataubersamaini demikian, interaksi sosial yang membentuk keluarga ialah interaksi ayah dan ibu, interaksi antara ayah/ibu dan anak mereka. Oleh alasannya interaksi tersebut berlangsung usang dan terus menerus, maka terbentuklah sistem nilai budaya yang bersifat normatif dalam lingkungan keluarga yang menjadi fatwa hidup anggota keluarga. Sistem nilai ini alhasil membudaya, sehingga fungsi keluarga ini sanggup dikatakan juga “fungsi sosial budaya”.

3. Fungsi Pendidikan

Budaya dan nilai budaya mula-mula tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga sebagai unit masyarakat terkecil, kemudian berkembang ke lingkungan masyarakat luas. Perkembangan tersebut melalui proses yang lama, dari tingkat alamiah hingga ke tingkat penerapan ilmu pengetahuan di lingkungan keluarga.  Keberhasilan membina pendidikan keluarga menjadi cermin keberhasilan membina pendidikan masyarakat. Fungsi pendidikan keluarga ini disebut juga “fungsi sosial edukatif”.


Dalam pelatihan keluarga, pendidikan pertama bermula dari orang bau tanah di lingkungan keluarga. Apabila pendidikan anak di lingkungan keluarga berhasil, pendidikan anak di sekolah sesungguhnya ialah ekspansi dan peningkatan dari pendidikan anak di lingkungan keluarga. Pendidikan orang bau tanah kepada anak di lingkungan keluarga ialah titik awal dari pendidikan guru terhadap anakdidik di sekolah. melaluiataubersamaini kata lain, guru di sekolah ialah perpantidakboleh dari orang bau tanah di lingkungan keluarga.

Baiklah teman dekat, inilah pembahasan artikel kali ini terkena Konsep Keluarga Inti dan Keluarga Besar serta Fungsi Keluarga. Semoga bermanfaa bagi teman akrab tiruananya dan sanggup menambah ilmu teman akrab dalam bidang Ilmu Sosial. J

Sumber https://www.softilmu.com

Post a Comment for "Konsep Dan Fungsi Keluarga"