Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Suasana Kebatinan Dalam Rumusan Dasar Negara Dan Pokok Pikiran Uud 1945

Berikut ini yakni pembahasan yang mencakup suasana kebatinan dalam dasar negara, perumusan dasar negara, pokok pikiran uud 1945, dan latar belakang perumusan dasar negara.


Suasana Kebatinan Ketika Merumuskan Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945

Suasana Kebatinan dalam Merumuskan Dasar Negara

Suasana kebatinan ketika merumuskan dasar negara sanggup dilihat dari perilaku kebersamaan, menghormati pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak, mementingkan persatuan dan kesatuan, legawa (ikhlas) dalam mendapatkan keputusan dengan penuh tanggung jawab.

Selain itu, suasana kebatinan diselimuti oleh keadaan negara yang masih dalam suasana peperangan dan dijajah oleh negara lain, Oleh alasannya yakni itu, Ir. Soekarno sebagai ketua PPKI menegaskan bahwa apa yang diputuskan hari itu yakni Undang-Undang Dasar Sementara atau Undang-Undang Dasar Kilat, sehingga nantinya sanggup dibicarakan lagi untuk diubah kalau bangsa Indonesia sudah hidup bernegara dalam suasana tenteram.

Hal ini menyerupai yang ditulis oleh Moh. Yamin mengutip perkataan Ir. Soekarno “... Ini yakni sekedar Undang-Undang Dasar Sementara Undang-Undang Dasar Kilat, bahwa barangkali boleh dikatakan pula, inilah revolutiegrondwet. Nanti kita menciptakan Undang-Undang Dasar yang lebih tepat dan lengkap. Harap diingat benar-benar oleh tuan-tuan semoga kita hari ini sanggup simpulan dengan Undang Undang Dasar ini.”

Ir. Soekarno telah berpikiran bahwa kelak apabila keadaan negara sudah tenteram (karena suasana dikala itu masih perang) sanggup menciptakan Undang-Undang Dasar yang lebih tepat dan lengkap. Hal ini diperkuat dengan dimuatnya hukum komplemen Undang-Undang Dasar 1945 ayat 2 bahwa “dalam enam bulan setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, majelis ini bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar.”

Tata cara perubahan itu sendiri diatur juga dalam batang badan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 37. Selain itu, suasanan kebatinan yang ada ketika membahas konstitusi pertama terurai dalam pokok-pokok pikiran sebagai berikut.

Suasana Kebatinan dalam Pokok Pikiran Undang-Undang Dasar 1945

  1. Negara Indonesia hendak mewujudkan persatuan. Negara ingin mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan. Negara menghendaki persatuan mencakup segenap bangsa Indonesia. Dengan demikian, negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau golongan. Hal tersebut sanggup terlihat dari Pasal 27 ayat 1, 29 ayat 2, dan 30 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945.
  2. Negara Indonesia hendak mewujudkan kedaulatan rakyat. Negara lebih mementingkan rakyat alasannya yakni sebagai pemegang kedaulatan. Hal tersebut sanggup tercantum dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945.
  3. Negara Indonesia hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara lebih mementingkan kepentingan bangsa daripada kepentingan individu dan golongan. Keadilan sosial mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Pasal yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
  4. Negara yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Negara ingin semoga rakyat Indonesia tidak terlantar dan mempunyai ilmu pengetahuan yang luas untuk sanggup bersaing dengan negara lain. Nilai-nilai kemanusiaan dijunjung tinggi dengan tidak merendahkan hak asasi setiap warga negara. Hal tersebut sanggup dilihat dalam Pasal 28A hingga 28J dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945.
  5. Negara yang berketuhanan Yang Maha Esa yaitu dengan memperlihatkan kebebasan dalam menjalankan pelaksanaan peribadatan. Negara menjamin warga negara untuk memeluk agama berdasarkan kepercayaanya. Hal tersebut terdapat dalam Pasal 29 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Dasar 1945.
Baca juga: Hasil Sidang PPKI

Sumber https://www.berpendidikan.com

Post a Comment for "Suasana Kebatinan Dalam Rumusan Dasar Negara Dan Pokok Pikiran Uud 1945"