Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Contoh Kutipan Novel

Pembahasan kali ini yakni ihwal pola kutipan novel yang diambil dari Kutipan novel A Mothers Gift, Karya: Britney dan Lynne Spears yang dialihbahasakan oleh Indah T. Soetoif dengan judul Karunia yang Terindah.

Perlu diketahui bahwa terdapat perbedaan antara petikan, kutipan, resensi, rangkuman dan sinopsis novel. Utuk menjelaskan perbedaan istilah-istilah tersebut InsyaAllah akan kami bahas secara khusu pada pembahasan tersendiri secara lengkap.

Contoh Kutipan Novel

Setelah beberapa menit, istirahat selesai dan sebuah buku ujian setebal dua sentimeter diletakkan di depan Holly. Dr. McSpadden menyampaikan ia punya waktu dua jam untuk menuntaskan pertanyaan pilihan berganda dan esai.

Sekarang Holly sendirian di meja itu. Ia sanggup mendengar bunyi ujung pensilnya menekan sampul buku ujian. Ia sanggup mendengar bunyi 7 napasnya sendiri. Berat. Ia menatap kosong pada buku ujian itu sebelum mengumpulkan keberanian untuk membukanya. Sekarang atau tidak sama sekali cantik, katanya dengan tegas pada diri sendiri.

Ujian pilihan berganda itu ternyata lebih gampang dari asumsi Holly. Cuma matematika dasar, Bahasa Inggris, dan sejarah AS. Ujian esainya yang sulit; sebagian besar berupa perbandingan bencana akhir-akhir ini dengan bencana sejarah. Dust Bowl ... Vietnam... Perang Teluk ....

Matanya menelusuri pertanyaanpertanyaan itu. Ia melirik jam. Ia sanggup mendengar dan merasa dirinya menelan ludah. Sisa waktunya kurang dari 35 menit lagi; dan buku ujiannya belum terisi setengahnya.
Pembahasan kali ini yakni ihwal pola kutipan novel yang diambil dari Kutipan novel  Contoh Kutipan Novel
Karunia yang Terindah
Holly mulai menulis lebih cepat dari yang dikiranya. Tulisannya ibarat cakar ayam, dan ia tahu itu. Tak ada waktu untuk menghapus, pikirnya dikala mulai menggosok penghapus pensilnya di kertas dan berubah pikiran. Seperti waktu ia menyanyikan sebuah lagu gres untuk pertama kalinya, ia mengandalkan nalurinya.

Tangannya kram dan ia merasa capek sekali waktu Dr. McSpadden tiba untuk memberitahunya bahwa waktu sudah habis dan mengambil buku ujiannya. Holly boleh pergi ke kamar mandi dan kemudian diminta kembali menemui komite.

“Baiklah jika begitu,” kata Mr. Felton. Ia membuka tutup sebuah piano yang terletak di bab belakang ruangan yang panjang itu.

“Sarah akan mengiringimu.” Ia mengangguk, pada seorang gadis kuliahan dengan rambut coklat model bob dan menggunakan kawat gigi.

Gadis itu tersenyum pada Holly. “Aku tidak mengerti,” kata Holly gelisah, masih pusing alasannya yakni ujian tertulis. Ia mengeluarkan kaset rekaman dari tasnya.

“Aku membawa musikku sendiri. Kukira itulah yang harus kulakukan. Katanya saya harus menyanyi diiringi bunyi piano.” Mr. Felton tersenyum, mengangguk pada Sarah. “Benar. Tapi secara langsung. Bukan dengan rekaman. Dan kami yang akan menentukan musiknya.”

Holly merasa, ibarat sedang naik bianglala di pasar malam. Cukup mual untuk... yah, untuk sangat mual. Ia tidak pernah menyanyikan lagu yang tidak diketahuinya dengan seorang pianis yang belum dikenalnya. Ia harus menyanyi diiringi bunyi piano dan organ di gereja, tapi, di rumah ia selalu menggunakan kaset. Kulitnya meremang dikala partitur diletakkan di atas sebuah penyangga untuk Sarah.

Pianis itu akan bermain, dan Holly aka membaca musiknya dan menyanyi, begitulah kata mereka. Ia memegang mikrofon yang disambungkan ke alat perekam. Setelah ia menyanyikan beberapa lagu, masing-masing akan diputar ulang, dan ia akan menyanyi mengiringinya dengan suaranya sendiri.

“Kami ingin melihat bagaimana kamu mengucapkannya dan kemudian mengulanginya,” Ms. Gonzalez menerangkan.

Pianis itu memainkan intro sebuah lagu Rodgers dan Hammerstein yang belum pernah didengar Holly. Dan kemudian ia memainkan intro lagu itu lagi. Dan lagi.

Holly tidak sanggup menggerakkan bibirnya. Dalam tatapan orang-orang absurd ini, berusahamenyanyi dengan iringan musik Sarah yakni mustahil.

Kumpulkan keberanianmu, katanya dalam hati ketika Sarah mulai bermain lagi. Ia tidak sanggup mengecewakan dirinya sendiri. Ia tidak sanggup mengecewakan ibunya. Kali ini, ia menyanyikan lagu dengan apa yang diharapkannya, dengan waktu dan tempo yang sempurna. Kemudian ada lagu Paul Simmons, dan lagu-Iagu komposer klasik masa dua puluh. Ia menyanyikannya seolah mereka sobat lama.

Lalu rekaman diputar ulang dan anggotaanggota komite mencondongkan tubuh di kursinya untuk melihat apakah Holly sanggup melakukannya lagi. Ia menyanyikan setiap lagu dengan pengucapan yang sama dan menahan setiap nada dengan waktu yang sama persis dikala harmonisasi. Tak ada yang menyuruhnya berbuat begitu. Ia menyanyikan satu bait dengan bunyi tenor di atas melodinya, kemudian kemudian dengan bunyi alto di bawahnya.

***

(Karunia yang Terindah, Britney dan Lynne Spears)

Baca juga: Resensi Buku Pengetahuan
Sumber https://www.berpendidikan.com

Post a Comment for "Contoh Kutipan Novel"