Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Dan Fungsi Rhodopsin

Pada retina terdapat yang namanya makula. Makula ialah sebuah tempat bundar kecil, ukurannya lebih kurang sama dengan diskus optikus, terletak 3,5mm temporal dan 0,5mm inferior terhadap diskus. Ketika diamati memakai alat, makula akan dengan simpel terlihat alasannya makula bebas dari pembuluh retina.
Pada tempat sentra makula terdapat yang namanya fovea. Fovea ialah suatu tempat lekukan yang spesialuntuk terdiri atas sel-sel konus(kerucut). Fungsi dari sel konus ialah untuk penglihatan rinci dan untuk persepsi warna. Selain sel konus, pada tempat lain pada retina terutama mengandung sel-sel batang . Berkebalikan dengan sel konus yang berfungsi untuk persepsi warna, sel batang berfungsi untuk deteksi gerakan dan penglihatan waktu malam.



Sel batang dan sel kerucut ialah fotoreseptor dari mata. Fotoreseptor ini terdiri dari tiga pecahan :

1. Segmen luar : terletak paling bersahabat dengan eksterior mata, menghadap ke koroid. Fungsinya mendeteksi rangsangan cahaya.

2. Segmen dalam : terletak di pecahan tengah fotoreseptor. Pada pecahan ini terkandung perangkat metabolik sel.

3. Terminal sinaps : terletak paling bersahabat dengan pecahan interior mata, dan menghadap ke sel bipolar. Bagian ini menyalurkan sinyal yang dihasilkan fotoreseptor alasannya stimulasi cahaya ke sel-sel selanjutnya di jalur penglihatan.

Segmen luar fotoreseptor yang berbentuk batang pada sel batang dan kerucut pada sel kerucut terdiri dari tumpukan lempeng-lempeng membranosa gepeng yang mengandung banyak molekul fotopigmen peka cahaya. Setiap rerina mengandung sekitar 150 juta fotoreseptor, dan lebih dari satu milyar molekul fotopigmen mungkin terkemas di dalam segmen luar setiap fotoreseptor.

Fotopigmen akan mengalami perubahan kimiawi dikala diaktifkan oleh sinar. Rhodopsin, ialah fotopigmen pada sel batang. Rhodopsin menyerap tiruana panjang gelombang cahaya tampak. melaluiataubersamaini memakai masukan visual dari sel batang, otak tidak sanggup membedakan antara banyak sekali panjang gelombang dalam spektrum sinar tampak. Oleh alasannya itu, sel batang haya memdiberi bayangan abu-abu dengan mendeteksi perbedaan intensitas, bukan perbedaan warna.

Bila sel batang terpajan cahaya, hasil potensial reseptornya tidak sama dari potensial reseptor pada hampir tiruana reseptor sensorik lainnya. Perangsangan sel batang menimbulkan peningkatan negativitas dari potensial membran, yang ialah suatu keadaan hiperpolarisasi, yang berarti bahwa terdapat neagtivitas yang lebih besar di dalam membran sel batang. Hal ini berlawanan dengan penurunan negativitas yang terjadi pada hampir tiruana reseptor sendorik.

Aktivasi dari rhodopsin menimbulkan terjadinya hiperpolarisasi, yaitu dikala rhodopsin terurai, penguraiannya menurunkan konduktansi membran sel batnag untuk ion-ion natrium di segmen luar batang. Keadaan ini menimbulkan hiperpolarisasi di seluruh membran sel batnag dengan cara sebagai diberikut.

Pergerakan ion natrium dalam sirkuit yang lengkap melewati segmen dalam dan segmen luar sel batang. Segmen dalam secara terus menerus memompa natrium dari sisi dalam sel batang menuju sisi luar, sehingga akan membentuk suatu potensial negatif di sisi dalam seluruh sel. Namun, segmen luar batang, tempat pienteng fotoreseptor berada, seluruhnya tidak sama : pada keadaan petang, membran batang ini mengalami kebocoran ion natrium yang hebat. Oleh alasannya itu, ion natrium secara terus menerus bocor kembali ke dalam sel batang dan dengan demikian menetralkan sebagian besar negativitas di dalam seluruh sel. Jadi, pada keadaan petang normal, bila sel batang tidak dirangsang, terjadi pengurangan muatan elektronegativitas di sisi dalam membran sel batang, yang besarnya kira-kira -40milivolt, sedangkan pada kebanyakan reseptor sensorik biasanya sebesar -70 hingga -80 milivolt.

Kemudian, sewaktu rhodopsin yang ada di segmen luar batang terpajan  cahaya, rhodopsin mulai terurai, dan hal ini menurunkan konduktansi natrium ke dalam sel batang walaupun ion-ion natrium terus dipompa ke arah luar melalui membran dari segmen dalam. Jadin kini lebih banya ion natrium yang meninggalkan sel batang daripada yang kembali masuk. Karena ion natrium bermuatan positif, berkurangnya ion-ion ini dari dalam sel batang membuat peningkatan negativitas di dalam membran;dan semakin banyak jumlah energi cahaya yang terkena sel batang, semakin besar muatan elektronegatifnya, jadi semakin besar pula derajat hiperpolarisasinya. Pada intensitas cahaya maksimum, potensial membran mendekati -70 hingga -80 milivolt, yang mendekati potensial keseimbangan biar ion kalium sanggup melewati membran.


Bila retina mendadak terkena cahaya, hiperpolarisasi sementara yang timbul dalam sel batang -yaitu potensial reseptor yang timbul- mencapai puncaknya dalam waktu kurang lebih 0,3 detik dan berlangsung lebih dari satu detik. Bayangan visual yang terkena sel batang di retina spesialuntuk selama sepersejuta detik, terkadang sanggup menjadikan sensasi penglihatan bayangan selama lebih dari satu detik.

Aktivitas fotoreseptor dalam petang

Membran plasma segmen luar fotoreseptor megandung kanal Na+ bergerbang kimia. Tidak menyerupai tiruana kanal bergerbang kimiawi lainnya yang berespons terhadap pembawa pesan kimiawi ekstrasel, kanal ini berespons terhadap pembawa pesan kedua internal, GMP siklik atau cGMP(guanosin monofosfat siklik). Pengikatan cGMP ke kanal Na+, membuat kanal ini tetap terbuka. Tanpa cahaya, serius cGMP tinggi. Karena itu, kanal Na+ fotoreseptor, terbuka bila tidak terdapat rangsangan, yaitu dalam keadaan petang. Kebocoran pasif  Na+ masuk ke sel menimbulkan depolarisasi fotoreseptor. Penyebaran pasif depolarisasi ini dari segmen luar(tempat lokasi kanal Na+) ke ujung sinaps(tempat penyimpanan neurotransmitter fotoreseptor) membuat kanal Ca2+ berpintu voltase di ujung sinaps tetap terbuka. Masuknya kalsium memicu pelepasan neurotransmitter dari ujung sinaps selama dalam keadaan petang.

Aktivitas fotoreseptor pada keadaan terperinci

Pada pajanan ke sinar, serius cGMP menurun melalui serangkaian reaksi biokimia yang dipicu oleh pengaktifan fotopigmen. Retinen berubah bentuk dikala menyerap sinar. Perubahan konformasi ini mengandung suatu protein G yang dinamai trasndusin. Fotopigmen yang sudah aktif mengakitfkan transdusin, yang sebaliknya mengaktifkan enzim intrasel fosfodiesterase. Enzim ini menguraikan cGMP sehingga serius pembawa pesan kedua ini di fotoreseptor berkurang. Selama proses eksitasi cahaya, penurunan cGMP memungkinkan kanal Na+ berpintu kimiawi tertutup. Penutupan kanal ini menghentikan kebocoran Na+ penyebab depolarisasi dan menimbulkan hiperpolarisasi membran. Hiperpolarisasi ini, yang ialah potensial reseptor, secara pasif menyebar dari segmen luar ke ujung sinaps fotoreseptor. Di sini perubahn potensial menimbulkan penutupan kanal Ca2+ berpintu voltase dan, karenanya, penurunan pelepasan neurotansmitter dari ujung sinaps. Karena itu, fotoreseptor dihambat oleh stimulasi adekuatnya(mengalami hiperpolarisasi oleh cahaya) dan tereksitasi bila tidak menerima stimulasi(mengalami depolarisasi dalam petang). Potensial hiperpolarisasi dan penurunan pelepasan neurotransmitter yang ditimbulkannya tidak sama-beda sesuai dengan intensitas cahaya. Semakin terperinci cahaya, semakin besar respons hiperpolarisasi dan semakin besar penurunan pelepasan neurotransmitter.


Referensi:
  1. Sherwood, Lauralee . 2013 . Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem . Jakarta : EGC
  2. Swartz, Mark H. . 2012 . Buku Ajar Diagnostik Fisik . Jakarta : EGC
  3. Guyton, Arthur C. ; Hall, John E. . 2012 . Buku Ajara Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC

Sumber https://www.softilmu.com

Post a Comment for "Pengertian Dan Fungsi Rhodopsin"