Perilaku Masyarakat Dalam Perubahan Sosial Budaya Di Abad Global
Globalisasi merupakan sebuah proses perjalanan hidup insan yang tidak sanggup kita hindari. Apabila kita bisa menyikapi globalisasi secara positif, ia akan menjadi ”berkah”.
Jika kita tidak bisa menyikapi globalisasi secara positif dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya, globalisasi menjadi bahaya bahkan kutukan. Proses globalisasi selalu terbuka untuk diarahkan.
Hal yang harus kita tanamkan semenjak dini mengenai cara kita ”membentuk” globalisasi ini sehingga bisa lebih manusiawi.
Perubahan-perubahan tersebut besar lengan berkuasa besar terhadap sikap masyarakat yang ada di dalamnya. Secara umum, perilaku masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial budaya kurun globalisasi sanggup diuraikan sebagai berikut.
Saat ini budaya Barat sangat mendominasi media massa. Oleh alasannya ialah itu, masyarakat dunia terbiasa melihat, mendengar, dan alhasil menirukan sikap hidup Barat. Meskipun demikian, setiap masyarakat tentu mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri.
Kebudayaan dalam suatu masyarakat itu telah berkembang jauh sebelum masuknya budaya Barat. Oleh alasannya ialah itu, dalam perkembangan selanjutnya terjadilah proses reproduksi budaya global dengan cita rasa lokal. Dengan kata lain, pada ketika ini terjadi proses perpaduan budaya Barat dengan budaya lokal.
Apakah di kotamu ada restoran cepat saji ibarat MC Donald's, KFC, Pizza Hut, Hoka-Hoka Bento, dan Dunkin Donuts? Pernahkah kau mengunjungi restoran cepat saji itu?
Ternyata restoran-restoran tersebut gampang diterima masyarakat Indonesia alasannya ialah rasa yang ditawarkan sudah diubahsuaikan dengan pengecap masyarakat Indonesia. Di negara aslinya, belum tentu rasa makanan-makanan tersebut sesuai dengan pengecap Indonesia.
Dalam perkembangannya, banyak restoran cepat saji yang menyajikan kuliner abnormal ibarat burger atau piza mendorong munculnya burger-burger lokal atau piza-piza lokal dengan cita rasa yang sesuai dengan cita rasa lokal pula.
2) Masyarakat Berpikir Lebih Rasional dan Logis
Pada kurun global, masyarakat mulai berpikir lebih rasional dan logis. Artinya, dalam bersikap atau mengambil keputusan selalu memakai logika sehat. Segala sesuatu yang berbau gaib dan takhayul mulai ditinggalkan.
Misalnya, tradisi memperlihatkan sesajen di daerah yang dianggap keramat dan memilih jodoh berdasarkan hari lahir atau peruntungan. Perubahan sikap ini terutama terlihat di masyarakat perkotaan.
3) Lebih Menghargai Waktu dan Prestasi
Ketatnya persaingan pada kurun global mengakibatkan masyarakat semakin menghargai waktu dan prestasi. Waktu, terutama waktu kerja harus dipakai sebaik-baiknya sehingga produktivitasnya tinggi. Sikap menghargai waktu dan prestasi merupakan budaya global yang bersifat positif dan patut ditiru.
4) Masyarakat Lebih Tanggap terhadap Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi yang pesat merupakan salah satu ciri kurun global. Masyarakat pun semakin tanggap terhadap perkembangan teknologi. Contohnya, masyarakat memanfaatkan teknologi internet untuk mencari dan menyebarluaskan informasi.
1) Perilaku Konsumerisme
Produk-produk terbaru baik di bidang teknologi, kosmetik, makanan, dan pakaian yang dipromosikan melalui media massa turut membentuk gaya hidup konsumerisme.
Produk-produk abnormal tersebut sesungguhnya ialah citra gaya hidup metropolitan.
Media massa besar lengan berkuasa besar terhadap sikap konsumerisme masyarakat pada kurun global. Masyarakat yang bekerjsama sudah mempunyai hasrat konsumerisme merasa tertuntut mengikuti trentren terbaru yang ditawarkan melalui media massa.
2) Mengabaikan Nilai-Nilai Kebersamaan
Berbagai tuntutan dalam globalisasi menuntut masyarakat untuk mengutamakan kepentingan mereka sendiri. Memang tuntutan globalisasi berat, kita harus mengejar ketertinggalan dalam banyak sekali bidang.
Kita terpaksa harus bekerja keras menyejajarkan diri dengan negara-negara maju lain. Hal tersebut memang tidak sanggup disalahkan, tetapi masyarakat kita menjadi menomorduakan rasa kebersamaan.
Rasa kebersamaan yang menjadi ciri khas budaya Timur yang terlihat dalam budaya gotong royong, tolong-menolong, dan lain-lain lambat laun berubah, berganti menjadi rasa individualistis dan egoistis.
Rasa mementingkan diri sendiri demikian kuat sampai memudarkan rasa kebersamaan yang menjadi salah satu ciri khas budaya bangsa Indonesia.
Perilaku individualisme ini kini tidak hanya melanda masyarakat kota. Masyarakat desa yang dahulu kental dengan suasana kebersamaan pun juga mulai berubah.
3) Bersifat Materialistis
Budaya globalisasi cenderung memandang tinggi nilai suatu benda. Hal ini pada alhasil akan memunculkan budaya materialistis. Setiap orang berusaha mengejar materi sebanyakbanyaknya.
Segala sesuatu dinilai dengan materi ataupun uang. Seseorang yang berhasil dalam kehidupannya pada kurun global ialah orang yang berhasil mengumpulkan materi sebanyak mungkin.
Sumber https://www.berpendidikan.com
Jika kita tidak bisa menyikapi globalisasi secara positif dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya, globalisasi menjadi bahaya bahkan kutukan. Proses globalisasi selalu terbuka untuk diarahkan.
Hal yang harus kita tanamkan semenjak dini mengenai cara kita ”membentuk” globalisasi ini sehingga bisa lebih manusiawi.
Perilaku Masyarakat pada Era Global
Manusia hidup dalam komunitas dunia. Oleh alasannya ialah itu, ia juga merupakan warga dunia yang harus sanggup menyesuaikan perkembangan dunia pula. Perkembangan dunia kurun global berdampak pula pada perubahan sosial budaya masyarakat.Perubahan-perubahan tersebut besar lengan berkuasa besar terhadap sikap masyarakat yang ada di dalamnya. Secara umum, perilaku masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial budaya kurun globalisasi sanggup diuraikan sebagai berikut.
a. Perilaku Masyarakat yang Bersifat Positif
1) Melakukan Percampuran BudayaSaat ini budaya Barat sangat mendominasi media massa. Oleh alasannya ialah itu, masyarakat dunia terbiasa melihat, mendengar, dan alhasil menirukan sikap hidup Barat. Meskipun demikian, setiap masyarakat tentu mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri.
Kebudayaan dalam suatu masyarakat itu telah berkembang jauh sebelum masuknya budaya Barat. Oleh alasannya ialah itu, dalam perkembangan selanjutnya terjadilah proses reproduksi budaya global dengan cita rasa lokal. Dengan kata lain, pada ketika ini terjadi proses perpaduan budaya Barat dengan budaya lokal.
Apakah di kotamu ada restoran cepat saji ibarat MC Donald's, KFC, Pizza Hut, Hoka-Hoka Bento, dan Dunkin Donuts? Pernahkah kau mengunjungi restoran cepat saji itu?
Ternyata restoran-restoran tersebut gampang diterima masyarakat Indonesia alasannya ialah rasa yang ditawarkan sudah diubahsuaikan dengan pengecap masyarakat Indonesia. Di negara aslinya, belum tentu rasa makanan-makanan tersebut sesuai dengan pengecap Indonesia.
Dalam perkembangannya, banyak restoran cepat saji yang menyajikan kuliner abnormal ibarat burger atau piza mendorong munculnya burger-burger lokal atau piza-piza lokal dengan cita rasa yang sesuai dengan cita rasa lokal pula.
2) Masyarakat Berpikir Lebih Rasional dan Logis
Pada kurun global, masyarakat mulai berpikir lebih rasional dan logis. Artinya, dalam bersikap atau mengambil keputusan selalu memakai logika sehat. Segala sesuatu yang berbau gaib dan takhayul mulai ditinggalkan.
Misalnya, tradisi memperlihatkan sesajen di daerah yang dianggap keramat dan memilih jodoh berdasarkan hari lahir atau peruntungan. Perubahan sikap ini terutama terlihat di masyarakat perkotaan.
3) Lebih Menghargai Waktu dan Prestasi
Ketatnya persaingan pada kurun global mengakibatkan masyarakat semakin menghargai waktu dan prestasi. Waktu, terutama waktu kerja harus dipakai sebaik-baiknya sehingga produktivitasnya tinggi. Sikap menghargai waktu dan prestasi merupakan budaya global yang bersifat positif dan patut ditiru.
4) Masyarakat Lebih Tanggap terhadap Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi yang pesat merupakan salah satu ciri kurun global. Masyarakat pun semakin tanggap terhadap perkembangan teknologi. Contohnya, masyarakat memanfaatkan teknologi internet untuk mencari dan menyebarluaskan informasi.
b. Perilaku Masyarakat yang Bersifat Negatif
Perilaku Negatif |
Produk-produk terbaru baik di bidang teknologi, kosmetik, makanan, dan pakaian yang dipromosikan melalui media massa turut membentuk gaya hidup konsumerisme.
Produk-produk abnormal tersebut sesungguhnya ialah citra gaya hidup metropolitan.
Media massa besar lengan berkuasa besar terhadap sikap konsumerisme masyarakat pada kurun global. Masyarakat yang bekerjsama sudah mempunyai hasrat konsumerisme merasa tertuntut mengikuti trentren terbaru yang ditawarkan melalui media massa.
2) Mengabaikan Nilai-Nilai Kebersamaan
Berbagai tuntutan dalam globalisasi menuntut masyarakat untuk mengutamakan kepentingan mereka sendiri. Memang tuntutan globalisasi berat, kita harus mengejar ketertinggalan dalam banyak sekali bidang.
Kita terpaksa harus bekerja keras menyejajarkan diri dengan negara-negara maju lain. Hal tersebut memang tidak sanggup disalahkan, tetapi masyarakat kita menjadi menomorduakan rasa kebersamaan.
Rasa kebersamaan yang menjadi ciri khas budaya Timur yang terlihat dalam budaya gotong royong, tolong-menolong, dan lain-lain lambat laun berubah, berganti menjadi rasa individualistis dan egoistis.
Rasa mementingkan diri sendiri demikian kuat sampai memudarkan rasa kebersamaan yang menjadi salah satu ciri khas budaya bangsa Indonesia.
Perilaku individualisme ini kini tidak hanya melanda masyarakat kota. Masyarakat desa yang dahulu kental dengan suasana kebersamaan pun juga mulai berubah.
3) Bersifat Materialistis
Budaya globalisasi cenderung memandang tinggi nilai suatu benda. Hal ini pada alhasil akan memunculkan budaya materialistis. Setiap orang berusaha mengejar materi sebanyakbanyaknya.
Segala sesuatu dinilai dengan materi ataupun uang. Seseorang yang berhasil dalam kehidupannya pada kurun global ialah orang yang berhasil mengumpulkan materi sebanyak mungkin.
Post a Comment for "Perilaku Masyarakat Dalam Perubahan Sosial Budaya Di Abad Global"