Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Contoh Cara Mengevaluasi Dan Menanggapi Unsur Pementasan Drama

Memahami drama berarti memahami jalan dongeng beserta penokohannya khususnya dalam perwatakan. Mengevaluasi bintang film tokoh berarti memperlihatkan apresiasi dan penilaian mengenai pemeranan.

Dalam hal ini, kita sanggup mengungkapkan kelebihan dan kekurangan seseorang dalam memerankan tokoh dalam drama. Evaluasi terhadap pemeranan berkaitan dengan karakter, penjiwaan, ekspresi, suara, dan kemampuan aktingnya.

Perilaku tokoh berkaitan dengan perwatakannya. Watak tokoh harus konsisten dari awal hingga tamat drama. Watak yang dimiliki tokoh harus memungkinkan menjalin pertikaian yang berkembang mencapai klimaks.

Penokohan harus mempunyai tabiat atau karakter yang berpengaruh dan kontradiktif satu sama lain. Perbedaan tabiat atau sikap tokoh inilah yang bisa menghidupkan dongeng dalam drama.Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi. Penggambaran itu menurut keadaan fisik, psikis, dan sosiologis.

Contoh Naskah Drama Singkat

Perhatikanlah cuplikan naskah drama berikut!

Fragmen Abunawas

Abunawas, Maharaja dari Negeri Antahberantah yang sangat dikasihi dan dihormati oleh rakyatnya, mempunyai seorang putra, Abundari namanya. Pangeran yaitu putra mahkota kerajaan. Pada suatu hari pangeran tiba menghadap baginda.

Abundari : Ayahanda Baginda Raja, selama putramu ndeso ini menantikan ketika menggantikan Ayahanda Baginda, apa yang harus hamba lakukan untuk mempersiapkan diri?

Abunawas : Anakku Pangeran, seorang raja harus dihormati dan disayangi oleh rakyatnya, jikalau tidak, maka tiada gunanya ia menjadi raja. Maka itu jagalah dirimu baikbaik, jangan melaksanakan apa-apa supaya kau tetap higienis dan tak ternoda, hingga saatnya nanti kau menggantikanku.

Baginda sehat sekali dan panjang umurnya. Dua puluh lima tahun kemudian dia meninggal dalam usia yang lanjut, dan digantikan oleh putra mahkotanya, Abundari.

Abundari : Terima kasih Tuhan. Ini hari yaitu hari di mana saya resmi menjadi maharaja, resmi menggantikan ayahanda. Ayahanda biar engkau hening di alam sana.

Baginda raja yang gres ini semenjak semula tidak pernah tahu dan tidak pernah mau tahu sama sekali bagaimana memerintah negerinya, sebab terlalu usang berdiam diri. Terlalu asyik dengan dirinya sendiri sehingga lupa jikalau ia harus mulai mempersiapkan diri untuk memerintah sebuah negeri tanpa didampingi lagi oleh ayahandanya.

Abundari : Mahapatih, tolong siapkan semua keperluanku. Besok pagi-pagi sekali saya akan berlibur ke negeri Syam bersama permaisuri untuk beberapa bulan. Kabarnya pantai di sana begitu indah. Nanti semua urusan negeri ini kuserahkan sepenuhnya padamu.

Mahapatih: Daulat Baginda. Tapi, apakah tidak terlalu cepat rencana Baginda untuk berlibur ke negeri Syam. Bukankah gres saja beberapa hari Baginda duduk di singgasana ini.

Abundari : Paman Patih. Yang jadi raja itu saya bukannya dirimu. Jadi, yang berhak memilih ini dan itu juga aku, bukannya kamu. Mengerti!

Mahapatih: Ampun Baginda, maafkan kelancangan hamba. Hamba hanya bermaksud mengingatkan Paduka. Tidak ada maksud lainnya, Baginda. Sekali lagi maaf Baginda, jikalau perkataan hamba kurang berkenan di hati Baginda.

Abundari : Sudah, sudah. Aku tidak mau lagi dengar alasan. Yang terang semua perlengkapan dan pengawal sudah siap untuk keperluanku berlibur ke negeri Syam.

Mahapatih: Daulat Baginda, semua siap dilaksanakan.

Abundari : Oh ... ya, sebelum saya pergi berlibur, ada beberapa hal yang perlu kusampaikan pada para menteri. Hari ini saya umumkan untuk diketahui oleh rakyat seluruh negara, bahwa inflasi di dalam negeri mulai ketika ini sudah berakhir.

Mudah insiden itu menciptakan para abdi dalem kerajaan saling pandang, tidak paham mengapa rajanya mengeluarkan pengumuman ibarat itu ... Belum genap setahun Abundari menjadi maharaja, kerajaan diambil alih oleh seorang pangeran dari istri ketiga Baginda Almarhum.

(Sumber: Dongeng Kuno oleh Andreas A. Danandjaya,
2001, dengan pengubahan)

Cara Mengevaluasi Pemeranan Tokoh Drama

Selain sanggup mengidentifikasi unsur naskah dan pementasan drama serta sanggup memerankan tokoh dalam drama dengan baik, kalian juga harus sanggup mengevaluasi pemeranan tokoh dalam pementasan drama yang kalian saksikan.

Evaluasi terhadap pemeranan sanggup kalian tujukan pada belahan akting yang mencakup mulut dan gerak tubuh; bunyi yang mencakup volume, artikulasi, intonasi; keluwesan dan ketepatan karakter yang diperankan, serta penghayatan terhadap isi naskah.

Pemeranan tokoh dalam naskah drama di atas akan tampak lebih sempurna dan menarik apabila dalam memerankan tokoh, seorang bintang film memerhatikan aspek-aspek pemeranan, sebagaimana disebutkan di atas.

Contoh penerapan aspek-aspek tersebut terhadap naskah Fragmen Abunawas sanggup kalian lihat melalui uraian berikut ini.

1. Pelafalan, aspek pelafalan menekankan kejelasan lafal atau ucapan-ucapan dalam dialog.

Dalam hal ini, jangan hingga ada belahan obrolan atau kata yang tidak terang pengucapannya sehingga menjadikan kerancuan pemaknaan atau menjadi kurang yummy didengar.

Contoh: kata ayahanda (dialog ke-1 Abundari), jangan hingga diucapkan menjadi ayaanda; kata anakku (dialog ke-1 Abunawas) diucapkan dengan karakter [k] dobel, jangan hingga dibaca anaku, dan sebagainya.

2. Intonasi, aspek intonasi berkaitan dengan nada dialog, pengutamaan obrolan terhadap kata-kata yang dianggap penting, dan pembedaan nada bentuk obrolan tanya, seruan, perintah, permohonan, dan sebagainya.

Contoh: kalimat “Paman Patih…” (dialog ke-4 Abundari) diucapkan tegas atau dengan nada tinggi sebagai ungkapan kesal atau marah, dan sebagainya.

3. Mimik, aspek mimik berkaitan dengan mulut raut muka yang menampakkan karakter, contohnya gembira, sedih, takut, dan sebagainya.

Contoh: dalam obrolan Mahapatih ke-2 “Ampun Baginda …”, sebaiknya disertai mimik atau mulut wajah agak takut, hormat, memohon maaf, dan sebagainya.

4. Kinesik, aspek kinesik menekankan pada obrolan yang berupa bisikan. Biasanya aspek kinesik dipakai sebagai obrolan dengan pendengar atau penonton, obrolan tersembunyi yang tidak untuk diketahui tokoh lain, dan obrolan dengan muatan tema atau karakter tertentu. Pada naskah di atas, aspek kinesik sanggup diterapkan pada ungkapan narator.

5. Penghayatan, aspek penghayatan mencakup kedalaman pemaknaan terhadap isi dialog, karakter tokoh, dan karakter keadaan atau situasi (susah, senang, dan sebagainya).

Contoh Mengevaluasi Pemeranan Tokoh Pementasan Drama di Atas

Memahami drama berarti memahami jalan dongeng beserta penokohannya khususnya dalam perwatak Contoh Cara Mengevaluasi dan Menanggapi Unsur Pementasan Drama
Mengevaluasi unsur pementasan drama
Setelah menyaksikan pementasan drama tersebut, kalian sanggup mengevaluasi pemeranan tokoh tokohnya, ibarat teladan berikut.

1. Pelafalan Andika sebagai tokoh Abundari kurang bagus.

Beberapa kata dilafalkan dengan tidak tepat, sehingga obrolan menjadi kurang jelas. Misalnya ketika melafalkan kata permaisuri diucapkan permesuri; kata beberapa diucapkan bebrapa; dan kata inflasi diucapkan infasi. Adapun pelafalan Rio sebagai Abunawas dan Danur sebagai Mahapatih sudah
tepat.

2. Mimik Rio sebagai Abunawas ketika mengucapkan obrolan “Anakku Pangeran, ...” kurang tepat.

Dialog tersebut seharusnya diucapkan dengan mimik atau mulut wajah sedih, khawatir, tetapi wibawa. Namun, mulut wajah Rio tegang dan sedikit marah.

Adapun mimik Andika sebagai Abundari ketika mengucapkan obrolan “Paman Patih, yang jadi Raja itu aku, bukannya ...” sangat tepat. Dialog tersebut diucapkan Andika dengan mulut wajah murka dan kesal.

3. Secara umum, penghayatan Rio, Andika, dan Danur cukup baik. Hanya ketika mengucapkan obrolan “Anakku Pangeran,...” mimik Rio kurang tepat.


Sumber https://www.berpendidikan.com

Post a Comment for "Contoh Cara Mengevaluasi Dan Menanggapi Unsur Pementasan Drama"