Sms Atau Kata-Kata Mutiara Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri Dalam Bahasa Arab
Berikut ini merupakan pembahasan wacana ungkapan hari raya, foto selamat hari raya idul fitri, kata-kata hari lebaran, sms hari raya idul fitri, kata-kata di hari raya idul fitri, ucapan selamat hari raya dalam bahasa arab, kata mutiara hari raya, ucapan hari raya haji (idul adha), kata-kata hari raya idul fitri, dan kata-kata ucapan hari raya.
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jikalau para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fithri atau Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah mendapatkan amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Hajar menyampaikan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Ma’rifah, 1379, 2/446. Syaikh Al Albani dalam Tamamul Minnah (354) menyampaikan bahwa sanad riwayat ini shahih.)
Imam Ahmad rahimahullah berkata,
“Tidak mengapa (artinya: boleh-boleh saja) satu sama lain di hari raya ‘ied mengucapkan: Taqobbalallahu minna wa minka.”
Salah seorang ulama, Harb mengatakan, “Imam Ahmad pernah ditanya mengenai apa yang mesti diucapkan di hari raya ‘ied (‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha), apakah dengan ucapan, ‘Taqobbalallahu minna wa minkum’?” Imam Ahmad menjawab, “Tidak mengapa mengucapkan menyerupai itu.” Kisah tadi diriwayatkan oleh penduduk Syam dari Abu Umamah.
Ada pula yang mengatakan, “Apakah Watsilah bin Al Asqo’ juga beropini demikian?” Imam Ahmad berkata, “Betul demikian.” Ada pula yang mengatakan, “Mengucapkan semacam tadi tidaklah dimakruhkan pada hari raya ‘ied.” Imam Ahmad mengatakan, “Iya betul sekali, tidak dimakruhkan.”
Ibnu ‘Aqil menceritakan beberapa hadits mengenai ucapan selamat di hari raya ‘ied. Di antara hadits tersebut yaitu dari Muhammad bin Ziyad, ia berkata, “Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya. Jika mereka kembali dari ‘ied (yakni shalat ‘ied, pen), satu sama lain di antara mereka mengucapkan, ‘Taqobbalallahu minna wa minka’.” Imam Ahmad menyampaikan bahwa sanad riwayat Abu Umamah ini jayyid.
‘Ali bin Tsabit berkata, “Aku pernah menanyakan pada Malik bin Anas semenjak 35 tahun yang lalu.” Ia berkata, “Ucapan selamat semacam ini tidak dikenal di Madinah.”
Diriwayatkan dari Ahmad bersama-sama ia berkata, “Aku tidak mendahului dalam mengucapkan selamat (hari raya) pada seorang pun. Namun jikalau ada yang mengucapkan selamat padaku, saya pun akan membalasnya.” Demikian aneka macam nukilan riwayat sebagaimana kami kutip dari Al Mughni. (Al Mughni, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Darul Fikr, cetakan pertama, 1405, 2/250.)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Adapun wacana ucapan selamat (tah-niah) ketika hari ‘ied menyerupai sebagian orang menyampaikan pada yang lainnya ketika berjumpa sesudah shalat ‘ied, “Taqobbalallahu minna wa minkum wa ahaalallahu ‘alaika” dan semacamnya, maka menyerupai ini telah diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi. Mereka biasa mengucapkan semacam itu dan para imam juga memperlihatkan dispensasi dalam melaksanakan hal ini sebagaimana Imam Ahmad dan lainnya. Akan tetapi, Imam Ahmad mengatakan, “Aku tidak mau mendahului mengucapkan selamat hari raya pada seorang pun. Namun kalau ada yang mengucapkan selamat padaku, saya akan membalasnya”. Imam Ahmad melaksanakan semacam ini alasannya yaitu menjawab ucapan selamat yaitu wajib, sedangkan memulai mengucapkannya bukanlah sesuatu yang dianjurkan. Dan sebenarnya bukan hanya ia yang tidak suka melaksanakan semacam ini. Intinya, barangsiapa yang ingin mengucapkan selamat, maka ia mempunyai qudwah (contoh). Dan barangsiapa yang meninggalkannya, ia pun mempunyai qudwah (contoh).” (Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426, 24/253.)
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Apa aturan mengucapkan selamat hari raya? Lalu adakah ucapan tertentu kala itu?”
Beliau rahimahullah menjawab, “Ucapan selamat ketika hari raya ‘ied dibolehkan. Tidak ada ucapan tertentu dikala itu. Apa yang biasa diucapkan insan dibolehkan selama di dalamnya tidak mengandung kesalahan (dosa).” (Majmu’ Fatawa Rosail Ibni ‘Utsaimin, Asy Syamilah, 16/129.)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Apa aturan jabat tangan, saling berpelukan dan saling mengucapkann selamat sesudah shalat ‘ied?”
Syaikh rahimahullah menjawab, “Perbuatan itu semua dibolehkan. Karena orang-orang tidaklah menjadikannya sebagai ibadah dan bentuk pendekatan diri pada Allah. Ini hanyalah dilakukan dalam rangka ‘adat (kebiasaan), memuliakan dan penghormatan. Selama itu hanyalah susila (kebiasaan) yang tidak ada dalil yang melarangnya, maka itu asalnya boleh. Sebagaimana para ulama katakan, ‘Hukum asal segala sesuatu yaitu boleh. Sedangkan ibadah itu terlarang dilakukan kecuali jikalau sudah ada petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya’.” (Majmu’ Fatawa Rosail Ibni ‘Utsaimin, 16/128.)
Dari klarifikasi di atas, berarti ucapan selamat hari raya itu bebas, sanggup dengan ucapan “Selamat Hari Raya”, “Taqobbalallahu minna wa minkum” dan lainnya. Ucapan “Taqobbalallahu minna wa minkum” pun tidak dikhususkan dikala Idul Fithri, ketika Idul Adha dianjurkan ucapan semacam ini sebagaimana kita sanggup melihat dalam klarifikasi aneka macam riwayat di atas.
Satu catatan pula yang mesti diperhatikan, tidak ada pengkhususan di Idul Fithri untuk saling maaf memaafkan. Semacam sering kita dengar tersebar ucapan “Mohon Maaf Lahir dan Batin” dikala Idul Fitrhi. Seolah-olah dikala Idul Fithri hanya khusus dengan ucapan semacam itu. Ini sungguh salah kaprah. Idul Fithri bukanlah waktu khusus untuk saling maaf memaafkan. Waktu untuk saling memohon maaf itu luas. Ketika berbuat salah, eksklusif meminta maaf, itulah yang tepat. Tidak mesti di dikala Idul Fithri. Karena jikalau dikhususkan menyerupai ini harus butuh dalil dari Al Qur’an dan Al Hadits. Buktinya, tidak ada satu dalil yang memperlihatkan menyerupai ini.
Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Dan supaya sanggup meluruskan kekeliruan yang selama ini ada. (Sumber: Rumaysho.com)
Sumber https://www.berpendidikan.com
Apa yang sebaiknya kita ucapkan di hari raya kita, Idul Fithri dan Idul Adha? Adakah lafzah tertentu yang diucapkan kala itu?
Perlu diketahui bahwa telah terdapat aneka macam riwayat dari beberapa sahabat radhiyallahu ‘anhum bahwa mereka biasa mengucapkan selamat di hari raya di antara mereka dengan ucapan “Taqobbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah mendapatkan amalku dan amal kalian). فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك . قال الحافظ : إسناده حسن .
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jikalau para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fithri atau Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah mendapatkan amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Hajar menyampaikan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Ma’rifah, 1379, 2/446. Syaikh Al Albani dalam Tamamul Minnah (354) menyampaikan bahwa sanad riwayat ini shahih.)
Gambar: Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri |
Imam Ahmad rahimahullah berkata,
وَلَا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ الرَّجُل لِلرَّجُلِ يَوْمَ الْعِيدِ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك
“Tidak mengapa (artinya: boleh-boleh saja) satu sama lain di hari raya ‘ied mengucapkan: Taqobbalallahu minna wa minka.”
وَقَالَ حَرْبٌ : سُئِلَ أَحْمَدُ عَنْ قَوْلِ النَّاسِ فِي الْعِيدَيْنِ تَقَبَّلَ اللَّهُ وَمِنْكُمْ .قَالَ : لَا بَأْسَ بِهِ ، يَرْوِيه أَهْلُ الشَّامِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قِيلَ : وَوَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ ؟ قَالَ : نَعَمْ .قِيلَ : فَلَا تُكْرَهُ أَنْ يُقَالَ هَذَا يَوْمَ الْعِيدِ .قَالَ : لَا .
Salah seorang ulama, Harb mengatakan, “Imam Ahmad pernah ditanya mengenai apa yang mesti diucapkan di hari raya ‘ied (‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha), apakah dengan ucapan, ‘Taqobbalallahu minna wa minkum’?” Imam Ahmad menjawab, “Tidak mengapa mengucapkan menyerupai itu.” Kisah tadi diriwayatkan oleh penduduk Syam dari Abu Umamah.
Ada pula yang mengatakan, “Apakah Watsilah bin Al Asqo’ juga beropini demikian?” Imam Ahmad berkata, “Betul demikian.” Ada pula yang mengatakan, “Mengucapkan semacam tadi tidaklah dimakruhkan pada hari raya ‘ied.” Imam Ahmad mengatakan, “Iya betul sekali, tidak dimakruhkan.”
وَذَكَرَ ابْنُ عَقِيلٍ فِي تَهْنِئَةِ الْعِيدِ أَحَادِيثَ ، مِنْهَا ، أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ زِيَادٍ ، قَالَ : كُنْت مَعَ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ وَغَيْرِهِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانُوا إذَا رَجَعُوا مِنْ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لَبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك .وَقَالَ أَحْمَدُ : إسْنَادُ حَدِيثِ أَبِي أُمَامَةَ إسْنَادٌ جَيِّدٌ .
Ibnu ‘Aqil menceritakan beberapa hadits mengenai ucapan selamat di hari raya ‘ied. Di antara hadits tersebut yaitu dari Muhammad bin Ziyad, ia berkata, “Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya. Jika mereka kembali dari ‘ied (yakni shalat ‘ied, pen), satu sama lain di antara mereka mengucapkan, ‘Taqobbalallahu minna wa minka’.” Imam Ahmad menyampaikan bahwa sanad riwayat Abu Umamah ini jayyid.
‘Ali bin Tsabit berkata, “Aku pernah menanyakan pada Malik bin Anas semenjak 35 tahun yang lalu.” Ia berkata, “Ucapan selamat semacam ini tidak dikenal di Madinah.”
Diriwayatkan dari Ahmad bersama-sama ia berkata, “Aku tidak mendahului dalam mengucapkan selamat (hari raya) pada seorang pun. Namun jikalau ada yang mengucapkan selamat padaku, saya pun akan membalasnya.” Demikian aneka macam nukilan riwayat sebagaimana kami kutip dari Al Mughni. (Al Mughni, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Darul Fikr, cetakan pertama, 1405, 2/250.)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Adapun wacana ucapan selamat (tah-niah) ketika hari ‘ied menyerupai sebagian orang menyampaikan pada yang lainnya ketika berjumpa sesudah shalat ‘ied, “Taqobbalallahu minna wa minkum wa ahaalallahu ‘alaika” dan semacamnya, maka menyerupai ini telah diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi. Mereka biasa mengucapkan semacam itu dan para imam juga memperlihatkan dispensasi dalam melaksanakan hal ini sebagaimana Imam Ahmad dan lainnya. Akan tetapi, Imam Ahmad mengatakan, “Aku tidak mau mendahului mengucapkan selamat hari raya pada seorang pun. Namun kalau ada yang mengucapkan selamat padaku, saya akan membalasnya”. Imam Ahmad melaksanakan semacam ini alasannya yaitu menjawab ucapan selamat yaitu wajib, sedangkan memulai mengucapkannya bukanlah sesuatu yang dianjurkan. Dan sebenarnya bukan hanya ia yang tidak suka melaksanakan semacam ini. Intinya, barangsiapa yang ingin mengucapkan selamat, maka ia mempunyai qudwah (contoh). Dan barangsiapa yang meninggalkannya, ia pun mempunyai qudwah (contoh).” (Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426, 24/253.)
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Apa aturan mengucapkan selamat hari raya? Lalu adakah ucapan tertentu kala itu?”
Beliau rahimahullah menjawab, “Ucapan selamat ketika hari raya ‘ied dibolehkan. Tidak ada ucapan tertentu dikala itu. Apa yang biasa diucapkan insan dibolehkan selama di dalamnya tidak mengandung kesalahan (dosa).” (Majmu’ Fatawa Rosail Ibni ‘Utsaimin, Asy Syamilah, 16/129.)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Apa aturan jabat tangan, saling berpelukan dan saling mengucapkann selamat sesudah shalat ‘ied?”
Syaikh rahimahullah menjawab, “Perbuatan itu semua dibolehkan. Karena orang-orang tidaklah menjadikannya sebagai ibadah dan bentuk pendekatan diri pada Allah. Ini hanyalah dilakukan dalam rangka ‘adat (kebiasaan), memuliakan dan penghormatan. Selama itu hanyalah susila (kebiasaan) yang tidak ada dalil yang melarangnya, maka itu asalnya boleh. Sebagaimana para ulama katakan, ‘Hukum asal segala sesuatu yaitu boleh. Sedangkan ibadah itu terlarang dilakukan kecuali jikalau sudah ada petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya’.” (Majmu’ Fatawa Rosail Ibni ‘Utsaimin, 16/128.)
Dari klarifikasi di atas, berarti ucapan selamat hari raya itu bebas, sanggup dengan ucapan “Selamat Hari Raya”, “Taqobbalallahu minna wa minkum” dan lainnya. Ucapan “Taqobbalallahu minna wa minkum” pun tidak dikhususkan dikala Idul Fithri, ketika Idul Adha dianjurkan ucapan semacam ini sebagaimana kita sanggup melihat dalam klarifikasi aneka macam riwayat di atas.
Satu catatan pula yang mesti diperhatikan, tidak ada pengkhususan di Idul Fithri untuk saling maaf memaafkan. Semacam sering kita dengar tersebar ucapan “Mohon Maaf Lahir dan Batin” dikala Idul Fitrhi. Seolah-olah dikala Idul Fithri hanya khusus dengan ucapan semacam itu. Ini sungguh salah kaprah. Idul Fithri bukanlah waktu khusus untuk saling maaf memaafkan. Waktu untuk saling memohon maaf itu luas. Ketika berbuat salah, eksklusif meminta maaf, itulah yang tepat. Tidak mesti di dikala Idul Fithri. Karena jikalau dikhususkan menyerupai ini harus butuh dalil dari Al Qur’an dan Al Hadits. Buktinya, tidak ada satu dalil yang memperlihatkan menyerupai ini.
Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Dan supaya sanggup meluruskan kekeliruan yang selama ini ada. (Sumber: Rumaysho.com)
Sumber https://www.berpendidikan.com
Post a Comment for "Sms Atau Kata-Kata Mutiara Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri Dalam Bahasa Arab"